Selasa, 21 April 2015

Kuliah Sebuah Jaminankah?
*************
..“Pak sebaiknya saya nanti pada waktu kuliah milih jurusan apa, dikuliah itu jurusan apa yang paling bagus atau antara jurusan ini dan itu prospeknya bagaimana”?..
===========
Itulah pertanyaan paling poluler belakangan ini yg tertuju pada saya dan para guru BK SMA lainnya sehubungan sudah dibukanya penerimaan Mahasiswa Baru lewat jalur SNMPTN Undangan beberapa waktu lalu, mulai dari pengisian PDSS sampai verifikasi pengisian borang on-line pertanyaan tersebut terus silih berganti dari satu siswa ke siswa lainnya, memang tidak bisa disangkal bahwa dari tahun ke tahun minat untuk kuliah dan mengenyam pendidikan di perguruan Tinggi bagi sebagian besar lulusan SMU masih menjadi idaman. Lazimnya masyarakat berpandangan bahwa dengan kuliah seseorang dapat menapai masa depan dengan gemilang prospek kerjapun makin luas sehingga taraf kehidupan bisa ditingkatkan, dengan kuliah derajat status sosial dimasyarakat akan meningkat dibanding dengan mereka yang tidak mengenyam pendidikan diperguruan tinggi ada sebagian lagi menganggap mereka yang tidak kuliah akan mengalami “madesu” ( masa depan suram ) tidak salah memang pandangan-pandangan masyarakat tersebut toh kenyataannya demikian manakala si pelaku bisa mengetrapkan ilmu-ilmu yang ia dapat dari bangku kuliah dengan kondisi riil masyarakat, pelaku paham betul dengan teori yang diperolehnya dengan tujuan ia kuliah.
Setengah Penganggur
Dulu, pengangguran identik dengan minimnya pendidikan. Namun kini, angka pengangguran pemuda terdidik mencapai 47,81 persen dari total angka pengangguran nasional karena selama ini, jamak pandangan masyarakat bahwa selembar ijazah pendidikan tinggi dan gelar kesarjanaan merupakan kunci utama untuk mendapatkan pekerjaan impian akan tetapi, seiring makin banyaknya sarjana yang diproduksi institusi pendidikan tinggi, selembar ijazah tak cukup lagi, gejala ijazah pendidikan tinggi bukan jaminan mengantarkan ke dunia kerja setidaknya tergambar dalam data yang dikumpulkan Badan Pusat Statistik Agustus 2014, di Indonesia ada 9,5 persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki ijazah diploma tiga atau sarjana, jumlah penganggur paling tinggi, 495.143 orang, merupakan lulusan universitas yang bergelar sarjana, secara kuantitas lulusan SI dari waktu ke waktu kian membengkak, sementara mereka yang langsung diterima bekerja sangat sedikit akibatnya banyak sarjana menganggur pascalulus. Artinya, secara kualitas lulusan perguruan tinggi belumlah menjamin sukses dapat bekerja Pertumbuhan pencetakan sarjana belum sebanding dengan lapangan kerja yang dihasilkan.
Daniel M.Rosyid, Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur pada suatu acara talk show pendidikan di sebuah radio swasta Surabaya pernah memberikan penilaiannya bahwa kurikulum S1 terlalu menekankan pada pengajaran akademik. Hasil akhirnya membuat mental sarjana hanya mencari kerja. Mereka tidak memikirkan cara untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, kurikulum pendidikan memang tidak selalu cocok dengan tuntutan dunia kerja. Namun faktor utama lebih pada banyaknya jurusan sosial yang dibuka di sebuah universitas. Adapun pendirian politeknik maupun institut rasionya dibanding universitas sangat kecil. Padahal lulusan politeknik maupun institut sangat dibutuhkan kalangan industri, ke depannya pemerintah diharapkan untuk meningkatkan jumlah pendidikan vokasional, cara tersebut dinilai sangat efektif sebab setidaknya bakal melahirkan lulusan yang memiliki kemampuan khusus sebelum terjun ke dunia kerja. “Kurangi sarjana akademik, dan perbanyak sarjana yang memiliki skill. Ini cara tercepat mengurangi jumlah pengangguran terdidik.
Disamping hal tersebut beberapa yang menyebabkan meningkatnya pengangguran terdidik antara lain, ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja sisi penawaran tenaga kerja dan sisi permintaan tenaga kerja, keterbatasan daya serap tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar sehingg memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif kecil, belum efisiennya fungsi pasar kerja, juga sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Kesejatian Pendidikan
Sejatinya pendidikan adalah pendidikan seumur hidup, belajar dan terus belajar agaknya sabda Agung dari Junjungan Umat yg berbunyi "Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat" sangat-sangat relevan dengan kondisi detik ini, jumbuh dengan ruh pendidikan yg digaungkan oleh tokoh pendidikan negeri ini, Ki Hadjar Dewantoro, beliau menyebutnya karakter sebagai budi pekerti, merupakan inti dari pendidikan, bahkan ada yang menyebutnya sebagai ruh pendidikan yang berproses seumur hidup. Bagi Ki Hadjar, pendidikan harus mampu menuntun tumbuhnya karakter dalam proses hidup seseorang agar menjadi manusia berpribadi yang beradab dan bersusila.
Kecerdasan memang diperlukan segenap anak didik, tetapi karakter lebih diperlukan. Kecerdasan tanpa diimbangi karakter justru akan menjerumuskan kehidupan anak didik itu sendiri. Dalam konteks ini substansi pendidikan karakter bersifat mutlak. Ki Hadjar menyatakan pendidikan karakter itu wajib diberikan kepada seorang siswa meskipun tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Ada empat tingkatan cara menyampaikan pendidikan karakter menurut Ki Hadjar, bisa dilakukan dengan cara syari’at, hakikat, tarikat, dan makrifat.
Tingkat syari’at cocok diberikan kepada anak yang sangat muda, dalam hal ini anak TK. Metodenya dengan membiasakan berperilaku baik menurut ukuran umum, misalnya mengucapkan salam ketika bertemu teman, memberikan hormat ketika bertemu guru, dan mencium tangan ketika berhadapan dengan orangtua. Tingkat hakikat diberikan kepada murid SD. Anak dibiasakan berperilaku baik menurut ukuran umum, dalam waktu bersamaan diberi pengertian mengapa harus berbuat demikian, di samping dibiasakan mengucapkan salam sewaktu bertemu teman, mereka juga diberi pengertian tentang pentingnya mengucap salam itu. Tingkat tarikat diberikan kepada siswa SMP. Siswa dibiasakan berperilaku baik, diberi pengertian pentingnya hal itu dilakukan, Misalnya bagaimana anak-anak tersebut berkesenian, berolah puisi, berolahraga, dan bersastraria sambil berolah budi. Contohnya adalah anak-anak SMP dilatih menari ”halus” sambil dijelaskan makna gerakan yang ada di dalamnya untuk menanamkan karakter. Tingkat makrifat cocok diberikan kepada siswa SMA. Siswa disentuh pemahaman dan kesadarannya sehingga berperilaku baik bukan sekadar kebiasaan, melainkan berkesadaran di lubuk hatinya untuk melakukan hal tersebut agar mengerti maksud berperilaku baik dan perilakunya tersebut dijalankan berdasarkan kesadaran diri. Dalam hal ini peran Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan diharapkan menunjukkan eksistensinya sebagai institusi selain mengupayakan mutu pendidikan yang lebih baik juga diharapkan bisa mengintegrasikan keseluruhan ( 4 metode tersebut ) menjadi satu kesatuan yang utuh juga membekali Mahasiswanya dengan berbagai ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya, karena kedepan indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yang mampu berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam menghadapi tantangan global.
Wirausaha Salah Satu Alternatif
Tingginya tingkat lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran terdidik di level 5,8- 6,1 persen pada 2014 cukup realistis dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dikisaran 6,8-7,2 persen dimana setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lebih dari 350.000 kesempatan kerja atau sekitar 2,5 - 2,7 juta angkatan kerja baru pertahun maka perlu adanya upaya yang harus dilaksanakan untuk menampung sekian juta angkatan kerja baru tersebut agar tidak menambah banyaknya daftar pengangguran di Indonesia. Salah satunya dengan mengubah pola pikir mahasiswa yang selalu ingin menjadi pekerja/pegawai. Setelah lulus kuliah, kita tidak harus mencari pekerjaan melainkan bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri melalui wirausaha. Hal ini lah yang dapat mengurangi adanya pengangguran terdidik.
Belajar dari Menteri Susi, Alm Bob Sadino ataupun Andri Wongso, fenomena menteri susi, almarhum bob sadino, andri wongso dan sederet pesohor nasional yang menapaki sukses tanpa memperdulikan pendidikan, mereka telah mendobrak paradigma pendidikan bahwa kesuksesan tidak harus diraih melalui bangku perkuliahan, kesuksesan tidak bergantung dari selembar ijasah, fenomena ini sekaligus membalik feodalisme berfikir bahwa sukses bergantung dari usaha, kerja keras dan berdo’a, mereka membuktikan bahwa belajar tidak ada batasnya, mereka percaya belajar tidak terbatas ruang & waktu, serta tempat. Keberhasilan mereka tidak terlepas dari ketidaktahuan akan arah pendidikannya, karena itu mereka mampu bertindak dan terjun langsung saat melaukan usaha, ini lah yang membuat mereka berhasil dan sukses, keberhasilan yang dicapainya berbanding terbalik dengan kelaziman yang ada, yaitu mestinya usaha dimulai dari ilmu dan pendidikan lalu praktikkan kemudian trampil dan berprofesiaonal, akan tetapi mereka malah sebaliknya. pemikiran demi pemikiran yang mereka lakukan menginspirasi kita semua, bahwa jenjang pendidikan tidak menentukan keberhasilan seseorang, justru ketrampilan dan Keuletan yang membuat seseorang berhasil dan sukses dalam berkarier.
(*) Goresan Kecil Pojok Ruang BK , 14 Februari 2015.

Sabtu, 27 Oktober 2012

...Kesadaran Sesaat Lebih Berharga Daripada Dunia Seisinya...

                                                            Belajar Dari Seorang  Syaipul
               Kisah ini terjadi sekitar hampir 5 tahun yang lalu,di awal minggu penghujung bulan juni 2008, cerita itu polos sepolos wajah dan penampilan lugu syaipul sebut saja nama siswa ini, alur penuturannya yang runtut membuat saya sebagai gurunya terhenyat sejenak, dada berdegup kencang dan bulu kuduk sebagian berdiri, seorang siswa yang sering terlambat, membolos
, trek-trekan ( adu balap sepeda motor ) liar, minum-minuman keras dan hal-hal yang negatif bisa mempunyai pikiran seperti itu, pikiran yang tidak wajar dan diluar batas pemikiran manusia normal, terkadang kitapun jarang berfikir seperti itu.


             Tak seperti biasanya pagi itu ia kelihatan pucat, matanya sayu, pandangannya hampa, sesekali wajahnya ditengadahkan kelangit yang biru bersih, baru pertama kali itu ia merasakan hal yang berbeda dari biasanya, akhir-akhir ini ia merasa suntuk dan galau, bingung mencari jawaban dari hatinya yang selalu bergolak, golakan-golakan yang selalu mempertanyakan substansi hidup yang ia jalani, ia berfikir bahwa selama ini kehidupannya tiada arti. Hari itupun sebenarnya ia malas untuk masuk sekolah yang baginya adalah membebani dirinya, ia iri pada pohon dan dedaunan yg dilaluinya dalam perjalanan kesekolah, mereka semua merasa bebas tanpa beban dan tuntutan. Brakkk..! bunyi pintu terdengar ditutup sembari menyambar tas rangsel yang keseharianya ia bawa, tanpa ba..bi..bu.,syaipulpun langsung mancal sepeda motor bututnya melaju berkejaran dengan waktu dan melibas jalan arteri kota pahlawan itu menuju sekolah tercinta dan elit dikawasan jalan Ahmad Yani, mendekati pertigaan Margorejo, traffic light kelihatan sudah berwarnya kuning untup-untup syaipul malah menambah kecepatan sepeda motornya karena dalam hatinya ia ingin tidak terlambat lagi. Seperti biasanya pagi itu ia terlambat sekolah, tiba di depan sekolah ia sudah disongsong oleh beberapa satpam yang berjaga, ketika ia akan memasuki kelasnya, syaipul sudah disambut oleh beberapa orang guru yang sengaja ditugaskan oleh sekolah untuk mengawasi siswa-siswi yang terlambat.
“Telat Maneh Koen Pul dino iki?” ( terlambat lagi kamu pul hari ini ) sergah seorang petugas, “iya pak”, jawab syaipul dengan lesu, “kenapa hampir setiap hari kamu selama dua minggu ini terlambat terus pul”?, lanjut petugas jaga tersebut dengan nada agak meninggi, “ Ayo ke Ruang BP sana”..!, “iya pak” jawab syaipul sambil ngeloyor ke ruang BP yang terletak dilantai 2 sekolah ini.
Sembari menitikkan air mata ia menceritakan semua yang dialaminya selama ini ke guru BPnya, termasuk juga mencari jawaban dari pertanyaan hatinya ‘kemanakah aku setelah hidup ini?’, ia juga menceritakan rentetan kejadian yang menimpa dirinya termasuk ia baru saja kehilangan teman yang selama ini menjadi sahabat karibnya yang menjadi joki ( pengendara sepeda motor adu balap liar yang sengaja di sewa ) dalam trek-trekan, ia tewas terlindas motornya sendiri dalam sirkuit adu balap liar tersebut tatkala terlambat menginjak pedal rem sepeda motornya pada lep terakhir balapan yang mengakibatkan dia bertabrakan dengan joki lainnya, disamping itu juga peristiwa belum lama ini ia ditinggal oleh ibunda tercintanya, ibu tempat ia berbagi suka dan duka, tempat ia menumpahkan segala asa, persoalan dan uneg-unegnya selama ini, ibunya menyusul ayah syaipul yang sudah 2 tahun mendahului meninggalkan mereka berdua dalam mengarungi hidup di dunia.
        Kematian memang merupakan salah satu tahap dari sejarah panjang kehidupan manusia yang tidak bisa dihindari, sebuah etape yang senantiasa memberikan penyadaran bagi seseorang bahwasannya kenikmatan itu hanya semu dan fana belaka, sayangnya ditengah gemerlap dan nikmatnya hidup, banyak manusia yang lupa dengan tahap ini, mereka lalai bahwa akhirat semakin mendekat dan dunia akan berlalu, pada fase ini banyak manusia yang masih sibuk dengan dugem pribadinya, entah itu dugem berupa kekayaan, keterkenalan, glamour, pangkat / jabatan atau sejuta dugem-dugem pemuas nafsu syahwat lainnya.
Teman, kesadaran untuk mengingat mati bagi seorang sufi yang termashur yakni Imam Al-Ghozali adalah sangat penting karena beliau memandang bahwasannya metode ini mampu menyadarkan manusia akan hakikat hidup, kesadaaran seperti ini menurut Al-Ghozali dapat dilakukan dengan mengosongkan hati dari segala bentuk kepentingan nafsu duniawi kemudian menggantinya dengan ingatan pada Alloh SWT sehingga diharapkan mampu menghadirkan sifat-sifat ke-illahian dalam setiap tarikan nafas dan setiapm pengingatan nama Alloh secara totalitas.Cara paling produktif menciptakan kondisi ini menurut Al-Ghozali adalah dengan mengingat keluarga dekat, sahabat atau teman yang sudah meninggal.
Sahabat, Untuk mengakhiri tulisan ini ada baiknya kita mencontoh seorang sufi yang bernama Ar-Rabi’ Bin Khutzzaim yang mempunyai cara unik untuk mengingat kematian, ia menggali kubur dalam rumahnya dan setiap malam ia tidur didalamnya sehingga ia bisa terus-menerus mngingat kematian, karena ia merasa sesaat saja ingatannya akan kematian hilang, hatinya menjadi rusak.
                                                                                 Waalohu A’lam Bishowab

Rabu, 09 Maret 2011

SEKS PRA NIKAH MASA REMAJA

BAB I
PERSOALAN SEKS

Membahas masalah seksualitas manusia ternyata tidak sederhana yang dibayangkan, atau tidak seperti yang dipahami masyarakat kebanyakan. Pembahasan seksualitas telah dikebiri pada masalah nafsu dan keturunan. Seolah hanya ada dua kategori dari seksualitas manusia, yaitu :
Ø Seksualitas yang bermoral, sebagai seksualitas yang sehat dan baik
Ø Seksulitas yang immoral, sebagai seksualitas yang sakit dan jahat.
Karenanya, perbincangan masalah seksualitas seolah hanya hak ilmu biologi, psikologi, etika, dan agama.
Sesungguhnya, seksualitas merupakan pokok pembahasan yang menyentuh begitu banyak aspek kehidupan manusia, hingga “hampir tidak mungkin untuk menyediakan sebuah pemahaman lengkap mengenai seksualitas”. Diakui oleh banyak pemerhati dan orang – orang yang berkecimpung dibidang penelitian seksualitas manusia, bahwa banyak jalinan akademik selama ini tidak menyentuh seluruh aspek seksualitas manusia. “semakin menjadi ahli kita dalam berbincang tentang seksualitas, semakin besar rasanya kesulitan yang kita hadapi dalam usaha memahaminya.
Secara umum, seksualitas manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
ü Biologis ( kenikmatan fisik dan keturunan )
ü Social ( hubungan – hubungan seksual, berbagai aturan social serta berbagai bentuk social melalui mana seks biologis diwujudkan )
ü Subjektif ( kesadaran individual dan bersama sebagai objek dan hasrat seksual )
Keberadaan seksualitas merupakan sekumpulan hubungan – hubungan social yang diistilahkan oleh Foucalt sebagai “apparatus seksualitas”, meliputi
® Perdebatan seks biologis
® Tekhnik – tekhnik penataan dan pengendalian praktik – praktik seksualitas, yakni aturan – aturan, organisasi, dan kategorisasi
® Kaitan antara perdebatan dan praktik ( obat – obatan, hukum, agama, pedagogig ) sebagai mekanisme pengetahuan dan kekuasaan.
Terlepas dari kebingungan para peneliti seksualitas, seks sebagai fenomena kehidupan manusia dan kehidupan dibumi ini terus berjalan, seolah tidak ambil peduli. Keuntungan dari memperhatikan seksualitas sebagai fenomena kehidupan adalah “segalanya bisa saja terjadi”, dan sesuatu yang tidak diperhitungkan bisa saja muncul sebagai pemegang kendali. Seksualitas sebagai fenomena kehidupan dapat terlihat kabur, bisa juga jelas, sederhana, atau kompleks. Bergantung siapa yang mengalami dan merasakan.
Dengan mendasari seksualitas sebagai fenomena yang merambah luas, maka satu – satunya jalan untuk memahaminya adalah dengan mengajarkan semua segi yang memungkinkan guna mencapai satu tujuan : “fenomena tersebut menjadi bermakna dan dimengerti bagi satu orang, dua orang, atau sekumpulan orang, dan terbukti bermanfaat untuk perbaikan seksualitas masing – masing”.
Dalam rubrik seksologi sebuah majalah wanita, ada seorang wanita muda mengisahkan persoalan seksualnya sebagai berikut :
Dengan hormat,
Saya gadis berusia 21 tahun, masih sekolah di sekolah perhotelan. Waktu SMA kelas III, saya pernah punya pacar, dan kami pernah melakukan seks cukup sering. Tetapi selama itu saya tidak pernah merasakan apa yang disebut nikmat seperti yang dikatakan beberapa teman. Pacar saya sampai mengatakan mungkin saya mengalami kelainan, karena tidak seperti pacarnya yang dulu.
Akhirnya saya minta putus, karena menganggap tidak ada gunanya melakukan hubungan seksual terus tetapi tidak pernah merasa puas. Waktu tu saya mengira, mungkin kelamin pacar saya itu kecil, sehingga saya tidak pernah merasa puas.
Setelah itu saya pacaran lagi. Dengan pacar ini, saya juga pernah berhubungan seks. Tetapi saya tidak pernah merasakan kenikmatan, walaupun kelaminnya lebih besar dari pacar yang dulu. Saya penasaran, mengapa bisa begini ? akhirnya sejak enam bulan yang lalu saya tidak pacaran lagi. Saya ingin konsentrasi pada sekolah saya.
Beberapa kali saya nonton BF ( blue film ) dengan beberapa teman, laki – laki dan perempuan. Waktu nonton itu saya merasa biasa saja. Tetapi kalau saya sedang sendiri dan terbayang adegan di BF itu, saya jadi terangsang dan ingin melakukan seperti dulu lagi. Tetapi kalau saya ingat tidak bisa merasa puas, saya kecewa lagi. Kalau terangsang begitu, kadang – kadang saya merasa pusing.
Kalau saya tidak nonton BF, saya biasa saja, walaupun tidak punya pacar. Sedangkan menurut teman perempuan saya, katanya seks merupakan suatu kebutuhan, sehingga dia terus melakukan dengan pacarnya yang tinggal sekamar.
LPR, Denpasar

Contoh tersebut memperlihatkan sexual behavior ( tingkah laku seks ). Bagi gadis LPR, seks bukan lagi tabu, malah sudah menjadi lazim seperti kebiasaan makan dan minum. Dari kutipan diatas menggambarkan tipe seksualitas “bebas sebebas – bebasnya”.
Alexander Dumas dan Alfred Naquet berpendapat : “bahwa kebebasan dan kepuasan badani merupakan hak seseorang sejak lahir. Pembatasan dan pengekangan terhadap hak ini dalam batasan social dan moral merupakan tindakan keji dan brutal terhadap masyarakat. Mereka menyuruh agar muda – mudi bebas berbuat sekehendak hati dan berharap dapat mendidik masyarakat menghargai dan mengakui berbagai hak dan moral terpuji”.


BAB II
MENEROPONG AKTIFITAS SEKS PRA – NIKAH

“Dulu adegan perkosaan, wanitanya masih pake baju. Sekarang, wah …..,” ujar Ayu Yohana, bintang dalam Susuk Nyai Roro Kidul. Janda yang tinggi 160 cm dan berat 48 kg ini mengaku tak sungkan melepaskan penutup dadanya, asal “sutradaranya yang minta”. Bahkan mojang Priangan yang mogok SMA-nya ini siap melakukan adegan bugil bila saja aktris lain begitu juga, dan memang sutradaranya yang mengharuskannya begitu. Tekad ayu terjun dalam film memang besar. Ia bersedia melakukan adegan buka – bukaan sekedar untuk merintis jalan kedunia film. “waktu itu ada yang bilang yang bisa jadi bintang film hanyalah orang – orang kaya”. Ceritanya. Tak tahunya,peran itulah yang kemudian selalu diterimanya, dan makin lama perannya makin panas saja.
Gambaran kehidupan seks diatas bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dianggap tidak lumrah. Apalagi bagi kalangan masih kental nilai – nilai keagamaannya, hal itu diluar kerangka berfikir mereka. Tetapi memang selalu ada orang yang keluar dari garis yang disepakati secara tidak tertulis dalam kehidupan bermasyarakat. Pro – kontra terhadap nilai – nilai yang diterapkan di masyarakat tentunya ikut berperan dalam membentuk karakter seseorang. Seperti yang dikatakan Dr. Rono Sulistyo, bahwa “antara sexual attitudes dengan sexual behavior masih didapatkan ketidaksesuaian yang membingungkan” misalkan 75 % mahasiswa menyatakan mereka menyangka bahwa kawan – kawannya mengadakan hubungan sex yang bebas ( attitudes ). Sedangkan hasil survey dan riset mendapatkan hanya 20 % dari mahasiswa yang premarital intercourse ( behavior ).
Menurut B.F. Skinner, yang disebut – sebut sebagai Bapak Psikologi Perilaku, mengatakan bahwa faktor – faktor dari dalam atau perasaan tidaklah penting, tetapi pengaruh dari luarlah yang paling penting dalam membentuk perilaku manusia. Tambahnya, kebebasan dan kemauan bebas hanyalah khayalan belaka; bahwa manusia sebenarnya dikontrol oleh hadiah dan hukuman.
Konsepsi hadiah dan hukuman untuk menilai perilaku manusia tidaklah tepat. Manusia terkadang berbuat sesuatu yang cenderung menyakiti dirinya atau mengutamakan orang lain dan mengenyampingkan egoisme diri dalam memenuhi kepuasan.
Menurut Sigmund Freud memandang kepribadian manusia ditentukan oleh tiga aspek, yaitu
das Es ( the Id ), yaitu aspek biologis dimana instink masuk didalamnya, yang hanya dapat memandang dunia ini dari segi subjektifitas
das Ich ( the Ego ), yaitu aspek psikologis yang merupakan jembatan Id menuju dunia realita
das Ueber Ich ( the Super Ego ), yaitu aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai – nilai tradisional
freud menjadikan dorongan seks sebagai motor utama kegiatan manusia, dengan istilah libido.
Bagaimana aktivitas seks seseorang ? seseorang psikolog Kartini Kartono, mengatakan :
“seks merupakan energi psikis, yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak cuma bertingkah laku dibidang seks saja, yaitu melakukan hubungan seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan – kegiatan non – libido seksual.”.
Tingkah laku seksual yang diperlihatkan oleh kutipan diatas merupakan hasil akumulasi dari pola pikir seseorang yang merupakan perwujudan intelektualitas diri, kepribadian, keberagaman, dan pengaruh lingkungan social. Dengan demikian, sexual behavior seseorang ditentukan oleh sexual attitudes yang terbentuk dari sisi kepribadian baik atau buruk orang tersebut, yang dipengaruhi oleh derajat keberagaman dan lingkungan social berupa lingkungan pendidikan, keluarga, dan pergaulan.
Dengan demikian, komponen – komponen pembentukan tingkah laku itulah yang semestinya dijadikan latar belakang kajian perilaku seks masyarakat atau upaya mencari alternative pemecahan persoalan tingkah laku seks anggota masyarakat yang cenderung destruktif.


2.1 Pelecehan Seksual ( sexual harassement ) : Tinjauan Ulang Pembauran Pergaulan Pria dan Wanita

jika kita ingin melihat bagaimana kelompok masyarakat melakukan kegiatan seksualnya diluar pernikahan, indikasi pertama yang dapat dilihat adalah model pergaulan antar jenis kelamin ( gender ) yang diterapkan dimasyarakat tersebut.
Masyarakat barat yang telah mempraktikkan pembauran jenis kelamin disegala bidang dan lapisan masyarakat memiliki kegiatan seksual pra – nikah yang amat bebas.
Pada masyarakat timur dimana kepercayaan dan adat istiadat masih mendapat tempat yang lebih, pola pembauran jenis kelaminnya lebih ketat dibanding Barat, maka kegiatan seksualnya tidak sebebas masyarakat Barat.
Misalnya masyarakat muslim di Iran yang memberlakukan pemisahan pergaulan jenis kelamin dengan tegas dan jelas, mereka memperlihatkan aktivitas seksual yang berbeda dengan masyarakat Barat.
Untuk masyarakat Indonesia, berkembangnya pembauran jenis kelamin tidaklah serentak. Dasar budaya dan kemajuan industri didaerah tersebut dapat dijadikan indicator seberapa jauh pembauran jenis kelamin berlangsung.
Salah satu persoalan social yang bersinggung langsung dengan pola pencampuran pria dan wanita adalah maraknya kasus – kasus pelecehan seksual ( sexual harassement ). Sebagai contoh seperti yang dikatakan Dr. Sukiat pada Majalah Tiara, “Hampir semua eksekutif melihat dan melakukan pelecehan seksual di kalangannya”. Itu baru dikalangan eksekutif, belum dunia pendidikan, pemerintahan, dan lain – lain. Dalam Encyclopedia of Feminism disebutkan bahwa pelecehan seksual berbentuk komentar verbal, gerakan isyarat hingga kontak fisik yang dilakukan dengan sengaja dan berulang – ulang yang tidak bisa diterima oleh penderita.
Ragam tindakan pelecehan ini dapat berupa siulan nakal, gurauan atau olok – olokan seks, pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik, nyolek atau mencubit, memandang tubuh dari atas hingga ke bawah, meremas tangan meletakkan tangan diatas paha, mencuri cium, memperlihatkan gambar porno, mencoba memperkosa, dan banyak ragam tindakan lainnya.
Tidak jarang pelecehan seks muncul didalam kehidupan keluarga. Peristiwa paman bersenggama dengan keponakannya, kakek “memakan” cucu atau anak menggagahi babunya, hingga menimbulkan trauma dan persoalan yang berbelit banyak muncul dalam masyarakat kita.


BAB III
GELOMBANG KEJAHATAN SEKS DEWASA MODERN

3.1 Gelombang Kejahatan Seks
maksud kejahatan seksual adalah berbagai penyimpangan seksual yang dilakukan dewasa dalam berbagai tipe penyimpangan. Rinciannya sebagai berikut :
a) Masturbasi / Onani
Kebiasaan onani pada dewasa adalah fenomena yang layak dicermati. Umumnya para dewasa sadar, bahwa perbuatan tersebut tidak baik. Namun mereka pun merasa kesulitan untuk menghentikannya. Mereka bingung, kebiasaan itu tidak mudah dihilangkan terlebih lagi belum adanya tempat penyaluran yang layak.
Terkadang dihantui rasa berdosa dan berbagai tekanan batin lainnya. Namun tak sedikit pula orang dewasa yang menganggap bahwa onani itu lebih baik daripada melakukan zina. Anggapan itu mungkin didasarkan pada keterangan dari seksolog atau konsultan seks dan para juru dakwah.
Psikolog Kensey berpendapat bahwa onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan dengan sengaja pada diri sendiri untuk meroleh kepuasan erotik. Rangsangan itu tidak hanya bersifat taktil ( berkaitan dengan sentuhan atau rabaan ), melainkan juga berkaitan dengan psikis. Burt menambahkan, obyek utama rangsangan pada perempuan adalah klitoris sedangkan pada pria adalah penis.
Pendapat lain menyatakan bahwa merupakan suatu tindakan darurat untuk menyalurkan hasrat biologis dengan rasa aman, artinya tidak mengandung banyak resiko. Karena itu, perilaku ini sering dilakukan para dewasa untuk mengurangi ketegangan atau menunda perkawinan karena ingin menyelesaikan studi dulu atau karena belum ada kemampuan secara materi untuk menikah.
Onani atau sering disebut juga masturbasi, berasal dari bahasa latin, masturbation yang berarti pemuasan kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan tangan ( mastur : tangan, batio : menodai ) sehingga masturbasi berarti menodai diri sendiri dengan tangan sendiri ( dholimun linnafsih ). Ada juga yang menyebutkan bahwa onani adalah manipulasi alat kelamin sehingga mendapatkan kepuasan seksual.
Menurut Dr. Kartini Kartono (1992), bahwa 9 dari 10 remaja yang melakukan onani, mendapatkan kebiasaan itu karena menirukan temannya, dan teman itu memberikan contoh, memberikan informasi – informasi dan memberikan rangsangan – rangsangan, baik dengan buku atau bentuk lainnya. Sebagai akibat pengaruh dari luar yang tidak menguntungkan ini, serta didorong oleh kematangan seksual yang kian memuncak, maka orang dewasa sering melakukan onani ditambah lagi dengan stimulasi eksternal seperti buku cabul baik berupa gambar, tulisan, atau blue film.
Para psikolog umumnya sependapat bahwa onani merupakan gejala yang lumrah atau biasa terjadi dan tidak ada pengaruh negative terhadap fisik dan psikis jika dilakukan dalam stadium rendah. Para medis atau para dokter pun nampaknya sependapat, bahwa dalam stadium rendah / normal, onani tidak akan berpengaruh pada kesehatan badan. Justru yang menjadi masalah adalah gejala psikologi seperti rasa was – was, perasaan berdosa, takut, dan lain – lain. Gejala psikologis inilah yang mengubah perbuatan onani menjadi gejala fatalogis atau berubah menjadi suatu penyakit yang kompleks baik fisik maupun psikis.
Walaupun demikian, perilaku onani, apalagi dilakukan secara eksesif ( berlebihan ), berakibat buruk terhadap pertumbuhan watak seseorang. Terutama hal ini menyebabkan kebiasaan pemuasan seksual yang terlampau murah dan mudah sehingga daya tahan psikisnya menjadi semakin lemahnya daya tahan pengekangan diri.
b) Biseksual
Biseksual adalah orang yang mempunyai karakteristik psikologis dari kedua jenis kelamin. Menurut kamus psikologi Dali Gulo, biseksual adalah : mempunyai ciri kedua seks atau tertarik dalam tingkat yang sama oleh anggota kedua seks.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa kaum biseksual suatu waktu berhubungan badan dengan lawan jenis dan lain waktu berhubungan badan dengan sejenis. Atau suatu waktu berhubungan dengan laki – laki dan lain waktu berhubungan dengan wanita. Kelompok ini praktis paling berbahaya, karena mereka berpotensi besar untuk menyebarkan penyakit kelamin pada dua jenis. gaya hubungan badan dua arah ini adalah budaya murni Barat yang sering dilakukan baik oleh kalangan pelajar, mahasiswa maupun pekerja.

c) Heteroseksual
Istilah heteroseksual hampir identik dengan perzinaan, pelacuran, dan promiscuity (gonta – ganti pasangan ). Kelompok heteroseksual melakukan hubungan seksual normal yaitu terhadap lawan jenis, namun praktiknya dilakukan diluar jalur pernikahan.
Para psikolog dan seksolog ada yang membedakan antara penzina dan pelacur. Pelacur adalah mereka yang melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan uang. Sedangkan penzina adalah mereka yang melakukan hubungan seksual atas dasar suka sama suka, hanya untuk memuaskan nafsu seksualnya.
Kelompok heteroseksual jika dilakukan terhadap banyak pasangan jelas berbahaya dan rentan terhadap berbagai penyakit kelamin.
d) Homoseksual
Menurut kamus psikologi, homoseksuality adalah kecenderungan memiliki hasrat seksual atau mengadakan hubungan seksual dengan jenis kelamin yang sama ( Dali Gulo : 105 )
Menurut Ensiklopedia Indonesia (1980), homoseksual adalah istilah untuk menunjukkan gejala – gejala adanya dorongan seksual dan tingkah laku terhaap orang lain dari kelamin sejenis. Secara umum homoseksual juga dipakai untuk menunjukkan ketertarikan seseorang terhadap orang lain yang berkelamin sejenis. Homoseksual pada wanita disebut lesbian dan pada laki – laki disebut gay.
Kaum homoseksual selain kaum terkutuk juga kelompok yang paling berpotensi menyebarkan berbagai penyakit menular. AIDS sendiri asal mulanya muncul dari kaum homoseksual di Amerika Serikat. Penderita AIDS di Amerika Serikat 75 % kaum homoseksual. Mereka yang terjerembab dalam perbuatan terkutuk ini termasuk generasi paling terbelakang dari moral.


e) Free Sex
Pada dasarnya semua penyimpangan seksual yang dibahas dalam paper ini termasuk jenis free sex atau seks bebas. Namun yang yang dimaksudkan free sex di sini lebih luas dan tak terbatas. Kelompok free sex menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tak terbatas pada kelompok orang. Mereka tidak berpegang pada moralitas atau nilai – nilai manusiawi . suatu waktu mereka bisa berhubungan seksual dengan orang lain ( kumpul kebo ) dan dilain waktu mereka juga biasa mengauli keluarga sendiri ( ektramarital seks ) baik adik, kakak, atau keluarga terdekat lain bahkan mungkin orang tua dan anaknya sendiri.
Di Indonesia sendiri gejala seperti ini mulai nampak. Banyak kasus kumpul kebo yang terungkap di kalangan pelajar dan mahasiswa. Juga banyak dijumpai berita Koran, keluarga yang bebas melakukan hubungan seksual sesama saudara bahkan orang tua sendiri . perbuatan seperti ini gejala dari merosotnya moral manusia modern. Orang dewasa yang berfikiran maju tentu tidak akan terjerumus kelembah nista ini.
f) Transeksualisme
Transeksualisme adalah perilaku yang menunjukkan keengganan untuk menerima jenis kelamin yang dimiliki, mereka menginginkan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena menurut perasaannya dirinya cocok menjadi laki – laki atau wanita. Fenomena seperti ini sering dialami oleh laki – laki yang segi fisik secara umum memang atau berjalan menyerupai wanita. Atau dialami oleh wanita namun ada perilaku atau sebagian anggota badannya menyerupai laki – laki.
Yang menjadi permasalahan adalah manakala mereka melakukan hubungan kelamin. Hal ini tidak ada bedanya dengan kaum homoseksual atau biseksual sekalipun format berbeda.
g) Samen Leven
Perilaku samen leven adalah perilaku hidup bersama atau berkelompok tanpa ada sedikit pun niat untuk melangsungkan pernikahan. Dasar pijakan mereka adalah kepuasan seksual, baik secara suka sama suka atau mungkin hanya sekedar memenuhi kebutuhan seksual secara seketika dengan cara yang mudah tanpa ada dasar cinta sama sekali.
Perilaku seperti ini banyak dijumpai di lingkungan kost mahasiswa, pelajar, atau sekitar tempat kost atau asrama pegawai. Perilaku seperti ini hampir mirip dengan kumpul kebo, namun bedanya samen leven biasanya terhadap teman ( perek ) dan tidak pada keluarga sendiri. Perbuatan seperti ini cermin mental keropos yang memandang hidup ini sebagai permainan yang bebas tanpa ada rambu – rambu moral.

h) Exibiosinisme
Exibiosinisme adalah perilaku yang mendapat kepuasan seksual dengan cara menampakkan alat kelaminnya pada orang dikenal atau pada yang tak dikenalnya pada sejenis atau jenis berbeda tanpa ada kelanjutan untuk melakukan hubungan seksual langsung. Mereka biasanya lebih bangga jika ternyata kelaminnya diekspos di media massa.
Perilaku seperti ini biasa dilakukan para dewasa barat. Mereka dengan senang hati dipotret telanjang untuk video atau majalah porno. Sekalipun mungkin mereka dibayar, namun tujuan utamanya bukan uang melainkan kepuasan itu sendiri. Exibiosinisme jelas menyimpang dari norma manusia normal yang biasanya merasa malu jika auratnya terbuka.
i) Voyeurisme
Voyeurisme adalah perilaku yang mendapat kepuasan seksual dengan hanya melihat aurat orang lain yang sedang terbuka atau tidak sengaja dibuka. Perilaku ini biasa dilihat langsung umpannya mengintip orang mandi atau lewat film atau gambar porno.
Sekalipun ia hanya sekedar mengintip dan tidak mengadakan hubungan seksual langsung dengan orang yang diintipnya ( dilihatnya ), namun bisa jadi ia mengadakan hubungan dengan orang lain atau pada mereka yang tidak berdaya. Namun pada dasarnya voyeurisme adalah perilaku yang hanya terbatas pada kepuasan melihat aurat orang lain.
j) Fethisisme
Fethisisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual hanya memegang, memiliki, atau melihat benda – benda atau pakaian yang sering dipakai perempuan, misalnya saputangan, BH, celana dalam, dan lain – lain. Perilaku seperti ini tidak lepas dari keinginan pemuasan seksual yang sesungguhnya ( hubungan intim ), namun ada berbagai kendala tertentu yang menghalanginya seperti merasa masih terlalu muda, belum nikah atau memiliki norma sehingga takut untuk melakukan hubungan intim di luar nikah. Perilaku seperti ini tidak bermanfaat dan merusak mental.
k) Sadisme
Sadisme yang diamaksud di sini adalah sadisme dalam bidang seksual ( sadisme seks ) yaitu suatu penyimpangan yang merasa mendapatkan kepuasan dengan melukai pasangannya. Sekalipun dia tidak melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya pelaku seks lain, namun sadisme pada dasarnya bentuk kejenuhan diri si pelaku itu sendiri yang kemungkinan sebelumnya telah terbiasa melakukan kekerasan selain hubungan seks. Ia merasa hubungan seksualnya bukan lagi kepuasan dan yang tersisa adalah sifat sadisme.
Latar belakang munculnya perilaku sadisme adalah mungkin dalam masa kanak – kanaknya dulu mendapatkan perlakuan yang bertentangan dengan nuraninya baik dari lingkungan keluarga, ,maupun masyarakat sehingga secara psikologis ia merasa tertindas dan ketertindasan ini semakin menahun ( terobsesi ) manakala ia menemukan respon yang mengarah pada pengalamannya dulu.
l) Masokisme
Masokisme perilaku sebaliknya dari sadisme. Masokisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapatkan kepuasan seksual dengan cara melukai diri sendiri atau meminta dilukai. Hal itu bisa dilakukan dengan cara memukul diri sendiri di wilayah dada, perut, tangan, dll. Bahkan mungkin bisa menjurus pada bunuh diri. Perilaku seperti ini memiliki latar belakang yang beda dengan sadisme. Kemungkinan mereka merasa bersalah tidak pernah membahagiakan pasangannya ( suami ) atau pernah merasa berbuat bersalah dalam bentuk apa saja kepada orang yang paling dicintainya. Perilaku seperti ini secara moral jelas tidak ada gunanya. Kesalahan tidak akan tertebus hanya dengan melukai diri sendiri.
m) Troilisme
Troilisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual jika aktivitas seksualnya disaksikan orang ketiga atau orang lain yang bersedia dibayar atau sukarela. Gejala penyimpangan seperti ini sebagai bentuk kurang percaya diri yang akut ( kronis ). Jadi ia merasa tidak puas bersenggama jika belum ada orang lain yang menilai apakah senggamanya itu benar atau tidak.
n) Sodomi
Sodomi pada awalnya istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang berhubungan badan dengan binatang. Namun kini ada perluasan makna, adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapatkan kepuasan seksual dengan menyetubuhi dari dubur dan membunuh pasangannya. Perbuatan bisa dilakukan terhadap pria atau wanita, anak kecil atau dewasa dan biasanya terhadap orang yang memang bisa dikuasainya dari segi psikologis. Sebelum melakukannya, mereka biasanya merayu korban terlebih dahulu dengan berbagai iming – iming, misalnya dapat uang, atau mendapat kesaktian tertentu. Cara membunuh pasangannya, pelaku sodomi teramat sadis, diantaranya mencekik, membedah perut, menyayat, melukai kemaluan, dan menyembelih korban.
o) Perkosaan
Perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual dengan cara memaksa orang lain atau istrinya untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku seperti ini biasanya tidak memperdulikan apakah pasangannya itu merasa kesakitan, kepuasan, menikmati, atau tidak pada saat hubungan intim. Jadi pada dasarnya, perkosaan bisa terjadi pada orang yang dikenal, saudara, atau keluarga terdekat, anak, istri, atau orang yang sama sekali tidak dikenal.
p) Aborsi
Aborsi atau pengguguran kandungan sebenarnya bukan bentuk penyimpangan seksual, melainkan proses pembatalan kehidupan dan pemusnahan janin dari rahim si wanita. Sekalipun demikian, aborsi sangat erat kaitannnya dengan free sex. Walaupun ada sebagian aborsi dikalangan pernikahan yang sah.
Aborsi pada dasarnya erat kaitannya dengan menjamurnya free sex dikalangan dewasa. Masa dewasa yang masih dalam tahap pencarian identitas, secara psikologis belum mampu menerima beban tanggungjawab. Aborsi bisa juga berarti pelarian dari tanggungjawabnya sebagai seorang ibu. Dampak negative aborsi bervariasi baik ditinjau secara psikis ( mental ) maupun fisik ( rahim si ibu itu sendiri ). Secara psikis seorang ibu akan merasa dikejar – kejar dosa baik dari hubungan free sex-nya dulu maupun ketika ia menggugurkan kandungan ( membunuh anaknya sendiri ). Secara fisik bisa berdampak kanker rahim jika darah waktu pengguguran tidak bersih sempurna. Hal ini bisa berdampak kemandulan.
q) Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual berarti penghinaan terhadap nilai seksual seseorang yang ada pada tubuhnya. Pelecehan seksual bisa dalam bentuk tindakan, ucapan, tulisan, gambar atau gerakan tubuh yang dinilai oleh seorang wanita mengganggu atau merendahkan martabat kewanitaannya, seperti mencolek bagian tertentu dari tubuhnya, meraba, mencium, mendekap, dan lain - lain. Pelecehan seksual paling sering terjadi pada teman dekat atau seseorang yang pernah dikenalnya. Sekalipun tidak melakukan hubungan seksual, namun tindakan seperti ini jelas merendahkan kehormatan seorang wanita. Pelecehan seksual juga merupakan dampak dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsu ( birahi ) terhadap lawan jenis sebagai obyek pelampiasan, tanpa melihat keberadaannya sebagai manusia yang bermoral, terlebih lagi tidak ada wanita yang mau direndahkan.
r) Pacaran
Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi atau saling mengenal. Dalam pengertian luas pacaran berarti upaya mengenal karakter seorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka. Makna pacaran untuk zaman sekarang ternyata bukan sekedar symbol untuk saling mengenal karakter seseorang karena pada dasarnya karakter seseorang bisa digali lebih obyektif dari orang yang dekat dengan si dia. Pacaran zaman sekarang justru lebih banyak diartikan pelampiasan dari rasa rindu terhadap yang dicintainya. Bahkan lebih tegas lagi, pacaran masa sekarang pada hakekatnya upaya pelampiasan keinginan seksual ( hubungan Intim ) yang tertunda.

3.2 Tempat – Tempat Yang Digunakan Dewasa Dalam Melakukan Free Sex
Secara umum tempat – tempat yang digunakan dewasa dalam melakukan hubungan seksual itu bervariasi bahkan mungkin seorang bisa berpindah – pindah tempat. Tempat – tempat senggama tersebut antara lain :
Ø Sekolah / kampus
Ø Rumah
Ø Taman
Ø Mobil
Ø Hotel
Ø Tempat parker
Ø Tempat kost
Ø Tak jelas ( dll )

BAB IV
BAHAYA SEKS BEBAS DAN PORNOGRAFI

4.1 Bahaya Seks Bebas
Untuk remaja Barat hubungan pra – nikah bahkan gonta – ganti pasangan atau free sex adalah hal yang biasa. Namun di Negara Timur terutama Indonesia yang masih menjunjung tinggi norma agama, hal seperti itu adalah aib dan mengganggu ketentraman hidup selanjutnya.untuk itu sebelum terlanjur ada baiknya para remaja bisa mengenal bahaya akibat hubungn pra – nikah.
Bahaya seks pra – nikah dan free sex mencangkup bahaya bagi perkembangan mental ( psikis ), fisik dan masa depan remaja itu sendiri. Secara terperinci, Wilson Nadeak sebagaimana dikutip Abdurahman Al – Mukaffi (1998) mengemukakan lima bahaya utama :
Menciptakan Kenangan Buruk
Masih dikatakan “untung” jika hubungan pranikah itu tidak ada yang mengekspos. Si gadis atau si jejaka terlepas dari aib dan cemoohan masyarakat.tapi jika ternyata diketahui masyarakat, tentu yang malu bukan saja dirinya melainkan keluarga sendiri dan peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini tentu menjadi beban mental yang berat.
Yang lebih membahayakan menurut penilitian, ternyata setiap pasangan yang melakukan hubungan intim atau free sex sebelum menikah, maka akan ada sebagian keturunannya yang mungkin melakukan hal sama seperti yang pernah mereka lakukan dulu. Entah hal ini suatu kutukan atau memang telah terjadi sikap permisif atau serba boleh karena dirinya sendiri dulunya melakukan hal yang sama, maka ketika anaknya melakukan hal yang serupa, ia menganggap hal yang wajar.
Kehamilan Dan Akibatnya
Kehamilan yang terjadi akibat seks pra – nikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya juga menjadi beban mental yang sangat berat bagi ibunya mengingat kandungannya tidak bisa disembunyikan. Bagaimana jika nanti keluarga dan masyarakat mempertanyakan ? dalam keadaan kalut seperti ini biasanya terjadi depresi, terlebih lagi jika sang pacar kemudian pergi dan tak kembali lagi.
Bagi si bayi sendiri jika lahir nanti mungkin akan mempertanyakan, siapa ayahnya. Jika ternyata setelah besar ia mengetahui kelakuan ibunya dulu, tentu menjadi beban mental juga. Alhasil hubungan pra nikah menimbulkan mala petaka bagi diri sendiri dan keturunannya nanti.
Pengguguran Kandungan Dan Pembunuhan Bayi
Banyak kasus bayi mungil yang baru lahir dibunuh ibunya. Sebagian dari bayi itu dibungkus plastic hidup – hidup, dibuang dikali, dilempar ditong sampah, dan lain –lain Ini suatu akibat dari perilaku binatang yang pernah dilakukannya.
Kasus pengguguran kandungan baik secara tradisional maupun modern kini semakin menjamur terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa. Tentu saja hal ini akibat hubungan setan pranikah. Sementara pengguguran itu sendiri bagi rahim wanita banyak efek samping yang serius, bisa berakibat kanker rahim, kemandulan, dan penyakit rahim lainnya.
Penyebaran Penyakit
Si wanita atau si pria yang dulu pernah melakukan hubungan pra nikah waktu pacaran lalu putus, cenderung berkeinginan melakukan hubungan serupa dengan laki – laki atau wanita lain mengingat seks sifatnya adiktif atau memiliki kadar ketergantungan, suatu waktu ia akan “lapar” untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan lain.
Jika hal ini terus dilakukan, maka bukanlah hal mustahil akan terjangkit penyakit kelamin. Terlebih lagi jika ternyata pasangannya itu telah mengidap penyakit kelamin sebelumnya.
Keterlanjuran Dan Timbul Rasa Kurang Hormat.
Perilaku seks bebas ( free sex ) menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri seorang pria dan wanita.semakin sering hal ini dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulang sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita, setiap ajakan sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan atau diputuskan.
Sementara itu bagi seorang laki – laki, melihat pasangannya begitu mudah untuk diajak, akan terus berkurang rasa hormat dan rasa cintanya. Semakin sering laki – laki melakukan hubungan batinnya pun akan semakin renggang. Lain lagi dengan wanita, ia akan merasa tertekan dan tidak mau berpisah karena pada dasarnya ia telah kotor dan tidak ada yang mesti dibanggakan lagi, kehormatannya telah dirampas lelaki tadi.
Karena itu, apa pun alasannya, zina merupakan perbuatan terkutuk yang akibatnya bukan hanya dapat dirasakan nanti diakhirat, didunia pun pelakunya sudah mendapat siksa yang hebat.
Pantas jika ALLAH SWT. Menempatkan zina atau free sex dosa terbesar ketiga setelah menyekutukan ALLAH SWT dan dosa mendurhakai orang tua. Menjamurnya perilaku seks bebas dikalangan dewasa adalah sebuah malapetaka hebat. Bangsa ini akan ditimpa kemalangan besar berupa generasi yang terlaknat. Na ‘ udzubillah.

4.2 Bahaya Pornografi Bagi Mental dan Pola Pikir Remaja.
Masa dewasa sarat dengan berbagai gejolak psikologis. Sedikit saja tersinggung, maka emosionalnya meledak – meledak dan biasanya tak terkendali. Masa ini juga masa yang sarat fantasi atau khayalan memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang negative diantaranya pada penyimpangan seksual dan pornografi.
Jika kekuatan emosi dewasa bersatu dengan kekuatan seks, maka bisa terbayangakan masa depan mental dari orang dewasa itu sendiri. Tak heran jika para psikolog sendiri cenderung lebih mengkhawatirkan jika ternyata kekuatan emosi ini berpadu dengan seks.
Jika diperinci satu – persatu, bahaya pornografi ini diantaranya :
Ø Memberikan fatarmorgana negative dalam daya khayal dewasa yang berakibat mereka tersiksa dari sudut mental.
Ø Memicu tindakan pemuasan seksual dengan diri sendiri yaitu mastrubasi atau onani.
Ø Mendorong pemuasan seksual pada sosok yang tak berdaya ( pemerkosaan ) pada lawan jenis.
Ø Memicu hubungan seksual ekstramarital atau pemuasan hubungan seksual dengan anggota keluarga sendiri baik kakak terhadap adik atau sebaliknya.
Ø Mengganggu proses berfikir kreatif
Ø Mendorong rasa ingin tahu lebih jauh hal – hal yang bersifat porno.
Ø Menimbulkan sikap permisif.
BAB V
PENDIDIKAN SEKS DI KELUARGA MENURUT ISLAM

5.1 Prinsip Pendidikan Keluarga Menurut Islam
Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama memiliki peran sentral dalam pembentukan anak saleh. Terutama dalam hal ini yang terhindar dari berbagai penyimpangan seksual. Berbagai keterangan baik Al Qur’an dan as – sunnah menjelaskan pentingnya pendidikan keluarga ini. Peran ayah dan ibu dalam pendidikan keluarga ini sebagai guru yang wajib membawa anaknya kejalan islami. Landasan pentingnya pendidikan ini berikut berbagai keterangan syar’i sebagai landasan atau prinsip dalam mendidik anak ( syamsudin, 1966 : 51 ).
“Hai orang – orang yang beriman ! jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu – batu”. ( QS. Al – Tahrim : 6 )
“Setiap kamu adalah pemimpin dan kelak akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Imam itu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Setiap suami adalah pemimpin dikeluarga dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya”. ( HR> Bukhari )
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan dengan nasehat yang baik serta bantalah dengan jalan yang baik”. ( An – Nahl : 125 )

5.2 Pendidikan Seks Di Keluarga Menurut Islam
a. Memisahkan tempat tidur anak
Islam memerintahkan orang tua memisahkan tempat tidur anak – anaknya manakala mereka telah mencapai usia tujuh tahun juga memerintahkan shalat pada usia itu.
“Suruhlah anak – anakmu melakukan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Jika telah berusia sepuluh tahun mereka tidak mau melakukannya, maka pukullah dan pisahkan tempat tidur mereka”. ( HR. Abu Dawud )
b. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua.
Orang tua juga harus mengajarkan kepada anak – anaknya yang belum baligh agar membiasakan meminta izin ketika akan memasuki kamar orang tuanya pada saat – saat tertentu.
Aturan islam ini dalam rangka menjaga mentalitas anak dan menjaga kesucian seks. Sehingga anak terhindar dari pandangan yang tidak layak menurut usiannya. ( Nina Sutiretna, 1996 : 245 )
c. Mengajarkan adab memandang lawan jenis
Diantara masalah penting yang wajib diajarkan kepada anak – anak adalah membiasakan adab memandang sejak anak masih berada pada masa tamyiz ( dewasa ), agar anak mengetahui masalah – masalah yang dihalalkan dan diharamkan. Setelah anak mendekati masa baligh dan telah mencapai masa taklifnya, ia telah dibekali akhlag yang suci dan mulia.
“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. yang demikian adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanklah pada wanita yang beriman bahwa hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”. ( QS. An – Nur : 30 – 31 )
d. Larangan menyebarkan rahasia suami - istri
Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus diantaranya suami – istri. Karena itu, kerahasiaannya pantas untuk dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain apalagi terhadap anggota keluarga terutama anak – anaknya. Nabi Muhammad SAW menekankan etika ini dengan ungkapan yang sangat keras. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling rendah martabatnya di hadapan Allah pada hari kiamat ialah seorang laki – laki yang menyenggamai istrinya, dan istrinya pun melakukan persenggamaan, kemudian dia menceritakan rahasia ( bersama ) istrinya ( kepada ) orang lain”. ( HR. muslim dan Abu Dawud )
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,
“Amanah yang paling besar disisi Allah ‘Azza wa Jalla pada hari kiamat ialah apabila seorang suami mendatangi istrinya dan istrinya mendatangi suaminya; lalu suaminya menyebarkan rahasia istrinya itu”. ( HR. Abu Ya’la )
Ringkasannya, suami – istri tidak diperkenankan membecirakan urusan keluarganya dengan orang lain, terutama masalah seksual yang merupakan masalah yang amat pribadi dan tidak boleh diutarakan kepada orang lain. Karena, senantiasa akan ada orang yang menikmati gosib mengenai ketidak beruntungan kita, atau menjadi sangat iri dengan keberhasilan kita.




KESIMPULAN

Prahara seksualitas menerjang hampir setiap relung kehidupan anak manusia era kontemporer. Kebutuhan yang satu ini seolah merupakan segala – galanya bagi peradaban kiwari. Setiap hal hendak diseksualisasikan. Dari model busana, iklan, hiburan, bahkan cara berfikir.
Dari waktu ke waktu, perbincangan tentang seks mencuat dengan cara yang makin terbuka, dalam berbagai bentuk, lewat berbagai media : buku, surat kabar, majalah, forum seminar, radio, dan sebagainya. Sejalan dengan gencarnya serbuan arus pemikiran Barat, gagasan, dan pola perilaku seks Barat pun menjadi semakin lumrah dikalangan dewasa awal.
Beberapa hal yang membuat kalangan dewasa awal melakukan free sex, antara lain adalah :
Ø Kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak yang mulai beranjak dewasa. Sehingga anak cenderung memilih teman dan tempat bergaul yang dianggap cocok. Anak usia dewasa cenderung ingin mencoba hal - hal yang baru, walaupun hal itu berdampak negative dan beresiko tinggi.
Ø Kurangnya bimbingan orang tua untuk mengarahkan anak kepada kegiatan yang bersifat positif.
Ø Kurangnya pengetahuan atau pendidikan seks dari keluarga.
Ø Kurangnya disiplin untuk mematuhi dan melaksanakan norma – norma yang ada di lingkungan masyarakat.
Ø Kurangnya pendidikan agama dari keluarga
Ø Kurangnya menanamkan moral pada anak – anak
Ø Canggihnya tekhnologi sekarang yang memacu anak untuk berbuat free sex, misalnya : internet, yang salah satu situsnya menampilkan gambar – gambar porno. Vcd porno, yang menampilkan blue film yang membuat anak ingin mempraktekkan, dll.
Ternyata dalam lingkungan keluarga pendidikan seks sampai sekarang masih dianggap tabu untuk dibicarakan, khususnya antara anak dan orang tuanya.
PENUTUP

Alhamdulillah hirobbil alamin. Puji syukur hamba ucapkan, karena dengan bantuan serta bimbingan- Nya. Saya dapat menyelesaikan paper ini. Dengan selesainya paper ini bukan berarti selesai pula saya mempelajari pendidikan seks. Bagi saya pengetahuan tentang dunia seksualitas masih belum sempurna. Walaupun sedikit yang saya tahu tentang seksualitas, tapi saya berusaha menyelesaikan paper ini dengan baik.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca lainnya. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Drs. Tufik Hadi, SH yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam paper ini. Karena saya masih dalam tahap belajar, semoga Prof. Dr. Drs. Taufik Hadi, SH mau memakluminya. Untuk kesempurnaan paper saya yang akan datang, saya mohon Prof. Dr. Drs. Taufik Hadi, SH mau memberikan saran dan kritik terhadap paper yang saya buat.















DAFTAR PUSTAKA

1. Abu Al – Ghifari, 2001, Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern,Mujahid Press, Bandung.
2. Achmad Fedyani Saifuddin dan Irwan Martua Hidayana, 1999, Seksualitas Remaja, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
3. Sa’abah Umar Marzuki, 1997, Seks dan Kita, Gema Insani Press, Jakarta.
4. Ridhwi Muhammad Sayyid, 1996, Perkawinan dan Seks Dalam Islam, Penerbit Lentera, Jakarta.

Minggu, 09 Maret 2008

Aplikasi Strategi Motivasi dalam Meningkatkan Efektifitas Belajar Siswa

A. PENDAHULUAN
Dalam bidang kemiliteran, sebelum pasukan menggempur tempat musuh yang akan ditaklukan, terlebih dahulu para pemimpin tentara mengatur strategi di pusat kemiliteran. Mereka mengatur siasat bagaimana melakukan pendekatan ke tempat musuh tersebut, memilih dan menentukan cara dan teknik menaklukannya, serta mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan, dan mengatur strategi agar prosesnya efisien dan hasilnya efektif. (Suherman, dkk :4).
Begitu juga dengan belajar, untuk mencapai suatu prestasi yang diinginkan sesuai dengan hasil belajar yang telah dilakukan dengan mengatur kegiatan belajar baik di lingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita perlu memilih strategi tertentu agar pelaksanaan belajar yang dilakukan berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal.
Siswa dalam belajarnya dilakukan dengan tidak memperhatikan kendala – kendala yang dihadapi dalam belajar, sehingga siswa cepat mengalami prustasi atau kegagalan dalam belajar, akibatnya mempengaruhi hasil belajar. Selain itu juga akan mempengaruhi pada diri siswa, akan mengalami kemunduran dalam minat belajar, kepercayaan diri yang menurun untuk memperbaiki kegagalan.
Dalam hal ini kegagalan belajar juga tidak di perhatikan oleh siswa, untuk bisa menanggulangi masalah – masalah dalam proses belajar dengan melakukan suatu perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu diperlukan kesadaran dari diri siswa maupun lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Seperti halnya memberikan dorongan semangat belajar, memulihkan kepercayaan diri siswa yang memiliki kemampuan berprestasi, dan yang peling penting yaitu memberikan motivasi dalam diri siswa baik yang timbul karena kesadaran dirinya betapa pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang lain.
Paparan di atas merupakan suatu masalah yang sering terjadi dalam perkembangan siswa dalam proses belajar, dan bagaimana strategi motivasi dapat di aplikasikan dalam proses belajar untuk menghasilkan dan meningkatkan keefektifan belajar siswa.


B. MOTIVASI

1. Pengertian Motif dan Motivasi
Seorang siswa tekun mempelajari buku sampai malam, tidak menghiraukan lelah dan kantuknya. Jika kita perhatikan si siswa dan si petani itu, timbul pertanyaan pada diri kita : Mengapa mereka lakukan atau bekerja seperti itu ? atau dengan kata lain : Apakah yang mendorong mereka untuk berbuat demikian? Atau : Apakah motif mereka itu?
Dari contoh di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Apa saja yang yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya.
Juga dalam soal belajar, motifasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolahan seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motifasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.
Benyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semua tidak terduga. (Purwanto, 2002 : 60-61).
Motivasi ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku supaya dapat mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah difahami kerana kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang guru terpaksa melibatkan proses berbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan matlamatnya. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi).
Motivasi masih sukar diukur akan kelakuan itu tidak hanya disebabkan oleh sesuatu motif atau desakan sahaja, tetapi ada faktor-faktor yang membuatkan seseorang itu terdorong untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau menyelakan perasaan tidak suka itu. (Sudirman, 2001:73).
Istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ” pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto, 2002: 71).
Sesuatu organisme yang dimotivasi akan terjun dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien dari pada yang tanpa dimotivasi. Motivasi hanya mempertanggungjawabkan penguatan aspek-aspek perilaku, dan bahwa mekanisme lainya ( yaitu belajar, dan kognisi) berlaku untuk mengarahkan prilaku. (Taufiq, 1996:5).
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
a. Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kan kesenangan.
b. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
c. Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan – dorongan dan kekuatan – kekuatan individu.
Motifasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan – kekuatan yang kompleks, dorongan – dorongan, kebutuhan – kebutuhan, pernyataan – pernyataan, atau mekanisme – mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan – kegiatan yang inginkan ke arah penciptaan tujuan – tujuan personal. (Purwanto, 2002 :72).

2. Motivasi belajar
Waktu masih remaja, kita mempunyai kemampuan untuk belajar dan melihat kelalaian masa lalu. Ketika kita mulai mengikuti ajaran-ajaran keluarga, sekolah, dan lingkungan, motivasi kita di awal tahun berganti dari tujuan kita ke menyenangkan orang lain, dan sering kali keinginan kita untuk belajar penderitaan. (www.studygs.net/indon/motivation.htm www.studygs.net/indon/motivation.htmwww.studygs.net/indon/motivasi.htm).
Bagaimana siswa bisa motivasi diri sendiri?, bagaimana siswa dapat :
a. mengakui rasa penemuan anda
b. bertanggung jawab pada pelajaranmu
c. menerima resiko dari belajar dengan kepercayaan, kemampuan, dan otonomi
d. mengakui bahwa "kegagalan" adalah sukses: belajar dari kegagalan alalah dengan jalan yang sama belajar apa
e. merayakan prestasi anda jika dapat mencapai tujuan anda.
Perjalanan motivasi dalam diri sentiasa berpusing dan berubah serta memerlukan peningkatan ganjaran. Motivasi seseorang siswa bermula dengan usahanya. Usahanya dipengaruhi oleh tekanan positif dan tekanan negatif yang dialami. Tekanan positif ini termasuklah keinginan mendapatkan ganjaran penilaian atau peningkatan prestasi dalam belajar. Tekanan negatif pula mungkin dalam bentuk ketidakupayaan menyempurnakan harapan, dan sasaran yang dikehendaki.
Jadi memotivasi bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya.
Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu:
a. Motivasi pertama yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya siswa patuh pada gurunya karena takut dikenai sangsi jika melakukan kesalahan yang akan berakibat nilai akan jelek.
b. Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Siswa mau melakukan sesuatu atau belajar karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.
c. Motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya belajar bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya. ( http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html)

Untuk menjadi manajer pada diri sendiri yang efektif dan dapat memotivasi untuk mencapai sasaran, maka ada tiga hal yang harus dilakukan.
a. Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari seorang siswa dengan menetapkan berbagi sasaran yang akan dicapai. Motivasi yang benar akan tumbuh dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap siswa dalam belajar dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.
b. Kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang efektif adalah memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat orang lain melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Dapat menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia, yaitu:
1). jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan
2). berikan penghargaan yang jujur dan tulus.

Manusia pada prinsipnya tidak senang dikritik, dicemooh atau dicerca, tetapi sangat haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi kritik atau teguran yang tepat seringkali justru diperlukan untuk membangun tim kerja yang kokoh dan handal. Yang penting dalam menegur orang lain adalah bukan pada apa yang kita sampaikan tetapi cara menyampaikannya. Teguran yang tepat justru dapat menjadi motivasi dan menimbulkan reaksi yang positif. Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang belajar atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy). (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html).
3. Strategi Motivasi Belajar
Pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa sebanyak mungkin. Untuk mencapai kearah itu ada beberapa cara yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa.
a. Membangkitkan minat belajar
Tujuan penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi intrinsik siswa.
b. Mendorong rasa ingin tahu
Membangkitkan hasrat ingin tahu siswa tentang apa yang terjadi, dan begitu seterusnya.
c. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Motivasi intrinsik untuk belajar suatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik.
d. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar
Prinsip dasar motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, dan bukan oleh orang lain.perasaan memiliki tujuan pembelajaran itu pada akhirnya akan melahirkan dorongan untuk memperolehnya.( Anni, 2004: 136-137).

C. BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Sadar atau tidak, proses ini sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Belajar menurut kamus umum bahasa Indonesia berarti berusaha, berlatih dan sebagainya supaya mendapat kepandaian. Dari pengertian itu dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan kualitas dan kuantitas perilaku pada diri seseorang yang ditunjukkan dengan peningkatan pengetahuan, daya pikir, kecakapan, sikap, kebiasaan dan lain –lain.
Belajar adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan sesuatu yang belum di mengerti atau yang belum didalami secara menyeluruh tentang suatu hal. Dengan belajar seseorang akan dapat mengubah dirinya kearah yang lebih baik, baik dari segi kualitas, maupun kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Apabila dalam suatu proses belajar seseorang tidak mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas kemampuan, maka orang tersebut pada dasarnya belum belajar, atau dengan kata lain gagal dalam belajar.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan aktif siswa dalam membangun pengertian dan pemahaman. Oleh karena itu dalam proses siswa harus di beri waktu yang memadai untuk bisa membangun makna dan pemahaman, sekaligus membangun ketrampilan dari peengetahuan yang diperolehnya. Artinya, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dalam menghadapi masalah sehingga siswa dapat membangun gagasannya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tidak membantu siswa secara dini, menghormati hasil kerja siswa, dan memberi tantangan kepada siswa dengan banyak memberi latihan soal merupakan strategi guru untuk membentuk siswanya menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar pada dasarnya berada di tangan siswa. Namun demikian bukan berarti guru tidak mempunyai tanggung jawab apapun. Tanggung jawab guru adalah menciptakan suasana belajar yang dinamis sehingga siswa terdorong motivasi belajarnya, sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.
Prinsip belajar di atas sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang harus berlanjut sepanjang hidup. Prinsip-prinsip belajar antara lain :
1. belajar harus mempunyai tujuan yang jelas
Tujuan ini dimaksudkan agar seseorang dapat menentukan arah yang jelas sehingga tahap-tahap yang harus di tempuh akan tersusun dengan baik, yang memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal
2. proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang problematik
Dengan banyaknya problem yang di hadapi akan mendorong siswa untuk berfikir mencari jalan agar masalahnya dapat terselesaikan. Semakin besar kualitas dan kuantitas problem yang di hadapi, semakin luas pula cara siswa berfikir untuk memecahkannya.
3. belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna di banding belajar dengan hafalan
Belajar dengan pemahaman memungkinkan siswa mengetahui konsep yang diajarkan, sehingga apapun permasalahan yang di hadapi akan bisa terselesaikan dengan baik. Sedangkan belajar dengan hafalan hanya cenderung merangsang siswa untuk mengingat apa yang telah diajarkan kepadanya tanpa mengetahui konsep dasar yang relevan dengan bahan ajaran yang diterima. Hal ini menyebabkan siswa kurang terampil dalam menghadapi permasalahan yang lebih kompleks meski dengan konteks yang sama.
4. belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil di banding belajar secara terbagi
Dengan belajar secara menyeluruh siswa akan lebih mengerti dengan jelas hubungan-hubungan dari berbagai komponen yang ada dalam suatu bahan ajaran. Sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mudah dan cepat di bandingkan dengan belajar bagian demi bagian.
5. belajar memerlukan kemampuan untuk menangkap intisari pelajaran itu sendiri
Sehubungan dengan pengertian di atas, apa yang di terima siswa dalam belajarnya mempunyai arti bahwa siswa telah menangkap intisari dari pelajaran yang disampaikan.
6. belajar merupakan proses kontinu
Belajar merupakan suatu proses, dan proses itu membutuhkan waktu. Hal ini didasarkan pada keterbatasan kemampuan manusai dalam menerima sesuatu secara spontan. Oleh karena itu belajar akan membawa hasil yang maksimal apabila dilakukan secara kontinu dengan jadwal yang teratur dan materi yang sesuai dengan kebutuhan.
7. proses belajar memerlukan metode yang tepat
Pengguanaan metode yang tepat dalam proses belajar mempunyai arti yang penting baik bagi siswa maupun guru. Dengan materi yang tepat akan membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa, sehingga proses transfer pengetahuan akan lebih cepat dilakukan. Dengan metode yang tepat pula guru berhasil menjadi fasilitator dari proses belajar yang terjadi.
8. belajar memerlukan minat dan perhatian siswa
Proses belajar membutuhkan minat dan perhatian siswa untuk dapat mrnyerap materi yang disampaikan. Tugas seorang gurulah yang harus membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan, menambah pengetahuan, dan mengikuti perkembangan di segala bidang kehidupan.

Prinsip ini mengacu pada empat pilar pendidikan yang universal yaitu belajar mengetahui (learning to know ), belajar yang melakukan (learning to do ), belajar menjadi diri sendiri (learning to be ), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together ).
Selain itu prinsip belajar menurut Thorndike dalam Nana Syaodih dan R Ibrahim (1996 : 17) adalah low of endiness yang berarti belajar memerlukan kesiapan siswa, low of exercise yang menyatakan bahwa belajar memerlukan banyak latihan, dan low of effect yang menyatakan belajar akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Belajar akan merubah seseorang, tetapi tidak semua perubahan tingkah laku di sebut perubahan. Ciri-ciri belajar menurut Max Darsono Alex dan kawan – kawan (2000:30) adalah :
1. Belajar dilakukan dengan sabar dan memiliki tujuan.
2. Belajar merupakan pengalaman tersendiri.
3. Belajar adalah proses interaksi individu dengan lingkungan.
4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri pelaku.

Belajar merupakan suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan serta sikap. Perubahan ini bersifat relatife konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53). Dengan demikian belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari tata kehidupan manusia. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar dapat diasumsikan pada diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ( Herman hudoyo, 1988:1). Berhasil tidaknya kegiatan belajar akan sangat di pngaruhi oleh factor-faktor yang terlibat dalam proses belajar itu sendiri yaitu peserta didik, pengajar, sarana dan prasarana serta penilaian (Herman Hudoyo, 1988:6-7).

2. Belajar Efektif
Belajar memang suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Jika proses belajarnya tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses belajar berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti permainan biasa (Dinas P dan K Jawa tengah, 2003: 2).

Belajar yang efektif harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :http://www.studygs.net/indon/concen.htm

a. Bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
b. Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
c. Kerjakan dulu mana yang penting.
Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan perhatianmu dari tujuanmu.
d. Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (bukan situasi "win-win" lagi).
"Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan "competition" (persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan tugas, anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.
e. Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu.
Ketika kamu ingin membicarakan suatu masalah akademis dengan guru/dosenmu, misalnya mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru/dosen tersebut. Nah, sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam posisi guru/dosen tersebut.
f. Cari solusi yang lebih baik.
Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
g. Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan.
Dengan cara ini, belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapat ide-ide yang cemerlang.

Seseorang sudah “Belajar” apabila pada dirinya terjadi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Telah mengalami perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti, tidak paham menjadi paham, ragu-ragu menjadi mantap, tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan.
2. Memiliki keterampilan, yaitu dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dari kurang/tidak cekatan menjadi lebih cekatan.
3. Memperoleh nilai-nilai baru yang positif, misalnya semula bersikap acuh tak acuh terhadap pelajaran agama menjadi acuh, dulu tidak menghargai orang lain menjadi menghargai.

Enam Langkah Belajar Efektif Dengan Rumus SQ4R, yaitu:1. Survey (Meninjau)
Usaha untuk mengetahui garis besar isi dari bacaan serta cara penyusunan dan penyajiannya secara sepintas lalu.
2. Question (Mengajukan Pertanyaan)
Mengajukan pertanyaan bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu. Orang yang ingin tahu akan berusaha mencari jawabannya.
3. Reading (Membaca)
Bacalah dengan cermat bahan pelajaran satu kali lagi sambil berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah diajukan
4. Recite (Mengingat sambil menyebutkan kembali)
Rahasia yang perlu diketahui dalam menyebutkan kembali ialah sebutkan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Mengingat dan menyebutkan kembali merupakan langkah yang penting karena dengan cara ini orang dapat mengenali dan juga mempelajari jawaban.
5. Record (Mencatat)
Tujuan membuat catatan ialah untuk menolong kita mengingat pokok-pokok yang penting tanpa membaca kembali bahan bacaan itu sendiri. Catatannya dibutuhkan untuk merangsang ingatan kembali apa yang kita pelajari.
6. Review (Mengulang Kembali)
Mengulang kembali berarti mengungkapkan kembali apa yang telah Anda pelajari tanpa melihat catatan. Mengulang bahan pelajaran secara teratur amat berguna karena mengingatkan kembali pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya.










D. SIMPULAN
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku sesorang secara terus – menerus.Menggunakan kata motivasi dengan mengkaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat.
memunculkan dan mendorong perilaku,
memberikan arahan dan tujuan perilaku,
memberikan peluang terhadap perilaku yang sama,
mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antaralain.
1. Membangkitkan minat belajar,
2. Mendorong hasrat ingin tahu,
3. Menggunakan variasi pembelajaran yang menarik,
4. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran.





























DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.

Dryen, Gordon. dan Vos, Jeannette. 1999. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution) Belajar akan Efektif Kalau dalam Keadaan “Fun”. Bagian II: sekolah masa depan. Bandung: Kifa PT. Mizan Pustaka.

Hudojo, Herman. 1998. Strategi Belajar Mengajar Matematika P3LM. Jakarta: Depdikbud.

http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi.

http://www.studygs.net/indon/motivasi.htm

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html

Purwanto, M. Ngalin. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Seksi Kurikulum Dinas P dan K Jawa Tengah. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Konstektual, dan Kecakapan Hidup. Semarang: Dinas P dan K.


Taufiq, Nurjannah. 1996. Pengantar Psikologi(Introduction To Pshychology). Jakarta: Erlangga
















ABSTRAK


Ahlis W,” Aplikasi Strategi Motivasi dalam Meningkatkan Efektifitas Belajar Siswa”.


Dalam hal ini kegagalan belajar juga tidak di perhatikan oleh siswa, untuk bisa menanggulangi masalah – masalah dalam proses belajar dengan melakukan suatu perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu diperlukan kesadaran dari diri siswa maupun lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Seperti halnya memberikan dorongan semangat belajar, memulihkan kepercayaan diri siswa yang memiliki kemampuan berprestasi, dan yang peling penting yaitu memberikan motivasi dalam diri siswa baik yang timbul karena kesadaran dirinya betapa pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang lain.
Merupakan suatu masalah yang sering terjadi dalam perkembangan siswa dalam proses belajar, dan bagaimana strategi motivasi dapat di aplikasikan dalam proses belajar untuk menghasilkan dan meningkatkan keefektifan belajar siswa.
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku sesorang secara terus – menerus. Menggunakan kata motivasi dengan mengkaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat, memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arahan dan tujuan perilaku, memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antaralain. membangkitkan minat belajar, mendorong hasrat ingin tahu, menggunakan variasi pembelajaran yang menarik, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

Sumber: ahliswiwite.files.wordpress.com